MASALAH APARTHEID DI AFRIKA SELATAN

A. Pengertian
Yang dimaksud dengan apartheid adalah perbedaan warna kulit, yaitu warga kulit hitam dengan kulit putih di Afrika Selatan. Dalam perkembangannya apartheid tidak hanya membedakan warna kulit hitam dengan kulit putih saja melainkan kebijakan politik pemerintah di Afrika Selatan yang diperkuat dengan udang-undang guna menyingkirkan kulit hitam di Afrika Selatan.

SEJARAH REVOLUSI ISLAM IRAN


A. Sejarah Iran

Dalam sejarahnya, Iran[1], sebelum revolusi tahun 1979 yang menggulingkan dinasti Pahlevi, adalah bangsa yang mempunyai bentuk pemeritahan model monarki. Sejak jaman Cyrus yang mendirikan kerajaan Archaemenia pada era kuno dan Dinasti Safawi serta Dinasti Qajar, sistem pemerintahan yang ada saat itu adalah monarki. Sebenarnya Dinasti Qajar sudah meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang mengarah pada bentuk pemerintahan yang lebih demokratis melalui Revolusi Konstitusional tahun 1906, akan tetapi dinasti yang menggantikan, yakni dinasti Pahlevi mengingkari konstitusi itu dan cenderung pada bentuk pemerintahan monarki-absolut.

Nama nama Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB )


Sekretaris Jenderal PBB adalah ketua Sekretariat PBB, salah satu bagian penting dari PBB. Menurut Piagam PBB, Sekretaris Jenderal diangkat oleh Sidang Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan. Berikut ini nama-nama Sekretaris Jenderal PBB dari awal terbentuknya sampai sekarang:

1. Gladwyn Jebb dari Britania Raya (1945-1946).

Sir Hubert Miles Gladwyn Jebb, First Lord dan Baron Gladwyn yang dikenal sebagai Gladwyn Jebb (25 April 1900-24 Oktober 1996) adalah pegawai negeri, diplomat, dan politikus Inggris.

Ia adalah anak dari Sydney Jebb, yang berasal dari Firbeck Hall (Yorkshire). Ia belajar di Eton College lalu melanjutkan ke Magdalen College, Oxford dan lulus sebagai peringkat pertama dalam Ilmu Sejarah. Pada 1929, ia menikah dengan Cynthia. Pernikahan tersebut melahirkan seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Jebb masuk dalam Dinas Diplomatik pada tahun 1924 dan mulai bertugas di Tehran, Roma dan kantor kementerian luar negeri. Setelah Perang Dunia II, ia menjadi penjabat pertama Sekretaris Jendral PBB antara tahun 1945-1946, setelah itu ia menjadi duta besar Britania Raya untuk PBB (1950-1954) dan untuk Prancis (1954-1960). Pada 1960 Jebb diberikan gelar kebangsawanan dengan nama Baron Gladwyn dan terlibat dalam dunia politik melalui Partai Liberal. Selain menjabat Wakil Pimpinan Partai (1965-1988), ia juga menjabat juru bicara untuk urusan luar negeri dan pertahanan. Ia juga menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa (1973-1976) dan ikut memperebutkan kursi Suffolk di Parlemen Eropa pada 1979. Istrinya, Cynthia, adalah penulis jurnal mereka selama mereka tinggal di Paris dan berkiprah dalam dunia politik di Partai Liberal

2. Trygve Halvdan Lie dari Norwegia (1946-1952).
Trygve Halvdan Lie (16 Juli 1896 – 30 Desember 1968) adalah seorang politikus Norwegia. Periode 1946 - 1952, ia tampil pertama sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa.




3. Dag Hammarskjöld dari Swedia (1953-1961).
Dag Hjalmar Agne Carl Hammarskjöld  (Dag Hammarskjöld) (29 Juli 1905 – 18 September 1961) ialah diplomat Swedia dan SekJen PBB yang ke-2. Ia menjabat dari April 1953 sampai kematiannya akibat kecelakaan pesawat pada September 1961.Dag Hammarskjöld dilahirkan di kota Jonkoping, Swedia, namun besar dan menghabiskan tahun-tahun awalnya di Uppsala, tempat ayahnya menjabat sebagai Gubernur Kaunti.
 
Ia menjadi Dosen Senior Ilmu Ekonomi pada 1933, Wakil Sekretaris dalam Kementerian Keuangan selama 10 tahun. Ia menjabat sebagai Ketua Delegasi Swedia ke perundingan OECD antara 1947-48, Wakil Sekretaris Tetap di Kementerian Luar Negeri antara 1949-51 dan kemudian bergabung dengan pemerintahan sebagai menteri negara non-politik dengan kisaran isu internasional yang luas. Pada April 1953, Dag Hammarskjöld diangkat sebagai Sekretaris Jendral PBB."Anda akan memasuki pekerjaan terpenting di dunia ini". Dengan kata-kata inilah Trygve Halvdan Lie menyerahkan mandatnya sebagai Sekretaris Jendral PBB kepada Dag Hammarskjöld. Saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa sedang menghadapi krisis paling serius, dan Lie memutuskan melepaskan mandatnya. Hammarskjöld tidak terkenal saat menduduki jabatan itu; namun segera ia memperlihatkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk membuat PBB yang saat itu melempem efektif. Ia terkenal sebagai pemimpin terdedikasi dengan visi luas untuk jabatannya. Digerakkan dengan kebulatan tekad pribadinya untuk efektif dengan bereaksi cepat terhadap krisis-krisis yang dihadapi, ia mencoba memecahkan masalah di tahap pertama, masalah yang ia percaya hanya akan menjadi rumit bila ditunda. Selama masa jabatannya, ia juga
memperkenalkan diplomasi diam untuk membuka debat yang bisa menimbulkan konflik lebih dalam.Dag Hammarskjöld membawa otoritas baru untuk mandatnya sebagai Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia memelihara pendirian netral dalam cara kerjanya dan menekankan tanggung jawab PBB untuk menjamin kepentingan dan hak yang berkaitan dengan. Hammarskjöld juga menggagas penggunaan angkatan perdamaian PBB dan kebijakan ini menjadi ciri tetap dalam usaha penjagaan perdamaian PBB.Selama masa jabatannya, Hammarskjöld berhasil memperbaiki konsekuensi 3 krisis dunia: krisis Suez pada 1956, dan dalam konflik di Libanon dan Laos. Saat perang saudara pecah di Kongo, Hammarskjöld membantu meminta pasukan PBB dikirim ke daerah itu dan secara pribadi ia mencoba menengahi mereka yang bertengkar. Selama salah satu misi ini, pada 17 September 1961, Hammarskjöld terbunuh dalam kecelakaan pesawat di daerah yang kini Zambia.Secara anumerta Dag Hammarskjöld dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1961. Hammarskjöld juga memiliki kepribadian budaya yang kuat. Ia diakui sebagai penulis, penerjemah, dan salah satu dari 18 anggota Akademi Swedia.

4. U Thant dari Byrma/Myanmar 1961-1971
Maha Thray Sithu U Thant (22 Januari, 1909 – 25 November, 1974) adalah seorang diplomat dari Myanmar dan juga SekJen PBB yang ke-3, mulai tahun 1961 sampai dengan 1971. Dia terpilih menduduki posisi ini ketika Dag Hammarskjöld, Sekjen PPB yang ke-2, tewas pada kecelakaan pesawat pada bulan September 1961.






 5. Kurt Waldheim dari Austria (1972-1981)
Kurt Josef Waldheim (21 Desember 1918-14 Juni 2007) adalah seorang diplomat Austria dan politikus konservatif. Ia menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (1972 - 1981) dan Presiden Federal Austria pada periode 1986 - 1992.
Ia adalah mantan presiden Austria tertua dan mantan Sekretaris Jenderal tertua untuk Perserikatan Bangsa-bangsa.Waldheim lahir di Sankt Andrä-Wördern, kini Vienna, menjadi militer Jerman semasa Perang Dunia II. Ia terpilih sebagai presiden pada 8 Juni 1986 dan pengangkatannya menimbulkan kontroversi internasional karena ia dituduh terlibat gerakan Nazi selama Perang Dunia II. Enam tahun kepemimpinannya ditandai dengan berbagai isolasi internasional.

6. Javier Pérez de Cuéllar dari Peru (1982-1991).
Javier Pérez de Cuéllar de la Guerra (lahir 19 Januari 1920 di Lima) ialah diplomat Peru yang menjabat sebagai Sekjen ke-5 Perserikatan Bangsa-Bangsa dari 1 Januari 1982 sampai 31 Desember 1991.
Pada 1995, ia kalah berpacu dengan Alberto Fujimori untuk jabatan Presiden Peru. Ia adalah Presiden Dewan Menteri, sebagaimana MenLu dari November 2000 sampai Juli 2001, selama periode turbulensi menyusul pengunduran Fujimori karena dugaan korupsi.
Pada September 2004, ia berhenti dari jabatannya sebagai Duta Besar Peru untuk Perancis, di mana kini ia tinggal.Pada 31 Desember 1981, Pérez de Cuéllar menggantikan Kurt Waldheim sebagai Sekretaris Jendral PBB untuk masa kedua pada Oktober 1986. Selama 2 masa jabatannya, ia memimpin mediasi antara Britania Raya dan Argentina setelah Perang Malvinas dan memperkembangkan usaha Grup Contadora untuk membawa perdamaian dan stabilitas di Amerika Tengah. Ia juga menengahi perundingan buat kemerdekaan Namibia, konflik di Sahara Barat antara Maroko dan Front Polisario, serta isu Siprus. Masa jabatan keduanya sebagai SekJen berakhir pada Januari 1992.

7. Boutros Boutros-Ghali dari Mesir (1992-1996).
Boutros Boutros-Ghali (lahir di Kairo, Mesir, 14 November 1922; umur 87 tahun) adalah Sekretaris Jendral PBB yang keenam.Ia berasal dari Mesir dan menjabat sebagai Sekjen PBB dari Januari 1992 hingga Desember 1996.Boutros Boutros-Ghali lahir di Cairo dalam keluarga Kristen Koptik (Boutros adalah bentuk Arabik dari Petros, bentuk Koptik dari nama Peter) yang telah memberikan Mesir seorang Perdana Menteri (Boutros Ghali, 1846 – 1910).
Dia lulus dari Universitas Kairo pada tahun 1946 dan mendapat Ph.D. dalam hukum internasional dari Universitas Paris dan juga diploma dalam hubungan internasional dari Institut Ilmu Politik Paris (lebih dikenal dengan sebutan sederhana Sciences Po) pada tahun 1949. Tahun yang sama, dia ditunjuk menjadi Professor Hukum Internasional dan Hubungan Internasional di Universitas Kairo, posisi yang ia pegang sampai 1977. Dia menjadi Presiden Pusat Studi Politik dan Strategis pada 1975 dan Presiden Perkumpulan Studi Politik Afrika pada 1980. Dia menjadi Pelajar Riset Fulbright di Universitas Columbia dari 1954 sampai 1955, Direktur Pusat Riset di Akademi Hukum Internasional Den Haag dari 1963 sampai 1964, dan Visiting Professor di Fakultas Hukum Universitas dari 1967 sampai 1968.Dia telah lama dikaitkan dengan pihak yang berkuasa di Mesir. Karir politiknya menanjak pada zaman mantan presiden Anwar El-Sadat. Dia adalah anggota Komite Pusat Persatuan Sosialis Arab (1974-77). Dia telah menjabat di Kementrian Negara Urusan Luar Negeri Mesir semenjak 1977 sampai awal 1991. Dia lalu menjadi Wakil Menteri Luar Negeri untuk beberapa bulan sebelum pindah ke PBB. Sebagai Menteri Negara Urusan Luar Negeri, dia memainkan peranan dalam persetujuan perdamaian antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.


8. Kofi Annan dari Ghana (1997-2006).


Kofi Atta Annan (lahir 8 April 1938; umur 71 tahun) adalah diplomat asal Ghana yang tampil ketujuh sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa pada periode 1 Januari 1997 hingga 31 Desember 2006 untuk dua kali masa jabatan lima tahunan.
Pada 1 Januari 2007, ia digantikan Ban Ki-moon. Ia pernah meraih Piala Nobel Perdamaian pada 2001. Sejak Juni 2007,
ia memimpin Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan hasil produksi pertanian dan perkebunan di Afrika sekaligus melawan kelaparan, kekurangan persediaan air bersih, dan erosi tanah. Organisasi itu dibentuk tahun 2006 oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates serta Yayasan Rockefeller dengan dana bantuan 150 juta USD
Pada 1962, Annan bekerja sebagai pegawai anggaran untuk Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), sebuah badan PBB. Dari 1974-1976, ia bekerja sebagai Direktur Pariwisata di Ghana. Sesudah itu, ia bekerja kembali di PBB sebagai Asisten Sekretaris Jenderal di tiga posisi berurutan: Manajemen Sumber Daya Manusia dan Koordinator Keamanan (1987-1990), Perencanaan Program, Anggaran dan Keuangan, dan Pengawas (1990-1992), serta Operasi Penjaga Perdamaian (Maret 1993-Februari 1994).Dalam bukunya Shake Hands with the Devil: The Failure of Humanity in Rwanda (Berjabat Tangan dengan Iblis: Kegagalan Umat Manusia di Rwanda), bekas Jenderal Roméo Dallaire yang menjabat sebagai komandan pasukan UNAMIR mengklaim bahwa Annan terlalu pasif dalam menanggapi genosida suku Tutsi pada 1994 di Rwanda. Jen. Dallaire dengan terang-terangan mengatakan bahwa Wakil Sekretaris Jenderal untuk Operasi Penjaga Perdamaian mencegah pasukan-pasukan PBB ikut campur dalam memecahkan konflik dan dalam memberikan lebih banyak dukungan logistik dan materi. Misalnya, ia mengklaim bahwa Annan gagal memberikan tanggapan terhadap faks Dallaire yang dikirim berulang-ulang memintanya agar diberikan akses ke gudang senjata, yang mestinya dapat menolong membela suku Tutsi. Namun Dallaire mengakui bahwa Annan adalah orang yang dirasakannya sangat "tinggi komitmennya" terhadap prinsip-prinsip pembentukan PBB.Annan saat itu menjabat Wakil Sekretaris Jenderal sampai Oktober 1995 ketika ia diangkat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jendearl PBB ke bekas Yugoslavia. Ia bertugas selama lima bulan dalam kapasitas ini dan kembali ke tugas-tugasnya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal pada April 1996.Pada 13 Desember 1996, Annan terpilih oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Sekretaris Jenderal, dan dikukuhkan empat hari kemudian lewat pemungutan suara di Majelis Umum. Annan segera mengambil sumpah jabatan, dan memulai masa jabatannya yang pertama sebagai Sekretaris Jenderal pada 1 Januari 1997. Annan menggantikan Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali dari Mesir, yang berakhir masa jabatannya. Ia menjadi orang pertama dari sebuah negara Afrika Hitam yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Masa jabatan Annan sebagai Sekjen diperbarui pada 1 Januari 2002, dalam sebuah penyimpangan yang tidak lazim dari kebijakan yang tak resmi. Jabatan ini biasanya berotasi di antara benua, masing-masing dengan dua masa jabatan. Karena pendahulu Annan adalah Boutros-Ghali yang juga berasal dari Afrika, Annan biasanya hanya akan menjabat satu masa jabatan. Perpanjangan masa jabatannya menunjukkan popularitas Annan.

9. Ban Ki-moon dari Korea Selatan (2007-2011).

Ban Ki-moon (lahir di Eumseong, Chungcheong Utara, Korea, 13 Juni 1944; umur 65 tahun) adalah seorang diplomat Korea Selatan dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa saat ini.
Ia menggantikan Kofi Annan yang telah menyelesaikan masa jabatannya pada 1 Januari 2007.Ban pernah menjabat menteri urusan luar negeri Republik Korea pada periode Januari 2004-1 November 2006. Pada 13 Oktober 2006, ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa yang kedelapan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa dan dilantik pada 14 Desember 2006.
Pada Februari 2006, Ban menyatakan pencalonannya untuk menggantikan Kofi Annan sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada akhir 2006. Ini adalah kali pertama seorang Korea Selatan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan tersebut.Ban menduduki tempat teratas pada setiap kali pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada 24 Juli, 14 September, dan 28 September. Dalam pengumpulan pendapat kedua, ia memperoleh 14 suara "yang menggembirakan" dan 1 suara "yang mengecewakan". The Australian melaporkan bahwa satu suara yang mengecewakan itu berasal dari Qatar, yang menyiratkan bahwa Ban mendapatkan dukungan dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak untuk memveto kandidat. Pada pengumpulan pendapat ketiga, Ban memperoleh 13 suara yang menggembirakan, satu suara yeng mengecewakan, dan satu suara “tidak ada pendapat”. Tidak jelas apakah ke-13 pendukungnya kali ini mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan.
Pengumpulan pendapat keempat dilangsungkan pada 2 Oktober. Pengumpulan suara kali ini diberi kode warna untuk membedakan antara suara anggota tetap dan yang tidak tetap.Pada 9 Oktober, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006.Ban mengklaim fasih berbahasa Inggris dan Perancis yang telah lama menjadi bahasa utama secara de facto di PBB. Akan tetapi, ia terlihat agak sukar menjawab pertanyaan dalam bahasa Perancis dari wartawan sejak dilantik sebagai Sekretaris Jendral PBB

Htt:p/www.pencerahan-sejarah.blogspot.com





Perang Iran-Irak

Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam (قادسيّة صدّام, Qādisiyyat Saddām) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk Persia sehingga Konflik Iraq-Iran meletus pada awal 1980-an, dan untuk beberapa waktu dikenali sebagai Perang Teluk Persia Pertama.
Faktor - Faktor Penyebab meletusnya Perang Iraq - Iran adalah :
- Persaingan antara Iraq dan Iran untuk menjadi pemimpin bangsa Arab.
- Persaingan antara Iraq dan Iran masalah sahaft Al Arab. Shaft Al Arab adalah jalur perairan yang strategis kurang lebih 70 mil yang memisahkan Iraq dengan Iran menuju teluk Persia. Berkobarnya revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Khomaini. hal ini menyebabkan :
  1. Timbulnya kekhawatiran negara-negara Barat yang mempunyai kepentingan di Timur Tengah jika revolusi islam Iran sampai diekspor ke negara lain, mereka lantas lebih mendekati Irak.
  2. KAum syi'ah di Irak yang berjumlah 40 % bangkit sementara Irak tidak senang terhadap kebangkitan kaum syi'ah karena akan membahayakan stabilitas Irak.
  3. Timbulnya kecemasan negara-negara Arab lainnya, jika revolusi Islam Iran diekspor ke negara tetangga.
  4. Pembatalan perjanjian Al Gier tahun 1975 mengenai penguasaan bersama shaft Al Arab antara Irak dan Iran, oleh Irak secara sepihak. 
  5. Terjadinya insiden  1April 1980 di Universitas Mustansyiriah-Bagdad, Iraq. Ketika itu berkumpul para mahasiswa Asia untuk menghadiri konfrensi ekonomi Internasional yang diadakan  oleh persatuan Mahasiswa Iraq.  Konfrensi ini dibuka oleh PM Thoriq Azis, ketika PM memasuki ruangan tiba-tiba meluncur bom ke arahnya, namum Thoriq Azis dapat diselamatkan. Diduga peristiwa ini didalangi oleh gerakan organisasi Daawat Al Islam yang berpusat di qim, Iran.
Peristiwa ini semakin memperburuk situasi antara Iraq dan Iran. Sementara Iran semakin berambisi untuk menyerang Iraq, tanggal 04 September 1980 Iran menyerang Iraq. Selanjutnya dibalas oleh  pasukan Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980 akibat masalah perbatasan yang berlarut-larut antara kedua negara dan juga kekhawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa oleh Imam Khomeini dalam Revolusi Iran. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul mundur Iran. Walaupun PBB meminta adanya gencatan senjata, pertempuran tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988; Pertukaran tawanan terakhir antara kedua negara ini terjadi pada tahun 2003. Perang ini telah mengubah wilayah dan situasi politik global.

Perang ini juga memiliki kemiripan seperti Perang Dunia I. Taktik yang digunakan seperti pertahanan parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan bayonet, penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata kimia(seperti gas mustard) secara besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga penduduk sipilnya, seperti yang dialami juga oleh warga suku Kurdi di utara Irak. Dalam perang ini dipercaya lebih dari satu juta tentara serta warga sipil Irak dan Iran tewas, dan lebih banyak lagi korban yang terluka dari kedua belah pihak selama pertempuran berlangsung
  • Perekonomian kedua negara hancur akibat perang tersebut.
  • Iraq banyak memiliki senjata dari Barat.
  • Pengaruh Barat semakin kuat di Irak
  • Timbulnya perpecahan negara Arab, ada yang pro dan kontra Iraq

Perang Teluk II

Perang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan atas Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990, sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan.

Latar belakang
Faktor - Faktor Penyebab terjadinya Perang :
  • Terjadinya pelanggaran kuota minyak yang dilakukan oleh Kuwait, Arab dan Uni Emirat Arab sehingga produksi minyak melimpah, akibat harga minyak anjlok. Irak waktu itu mengandalkan pendapatan negara dari sektor  minyak sangat terpukul dengan peristiwa ini. Irak yang waktu itu sedang membangun negaranya yang rusak akibat perang melawan Iran.
  • Ambisi Sadam Husen untuk tampil sebagai orang nomor satu dan dihormati didunia Arab.
  • Kuwait dituduh mencuri minyak Irak di Padang Rumelia yang terletak diperbatasankedua negara ( dipersengketakan )
  • Sebab khusus yaitu adanya serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 22 Agustus 1990 yang berhasilmenduduki Kuwait 
Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.

Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990.

Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat), serta beberapa negara di kawasan Asia. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.

Misi diplomatik antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak permintaan PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun dimulai tanggal 17 Januari 1991 pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal 30 Januari 1991.

Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, serta melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke Teluk Persia. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.

Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.

Akibat Perang Kuwait :
- Ladang minyak kuwait mengalami kerusakan berat
- Perekonomian Irak mengalami kehancuran serta terkena blokade ekonomi dan sanksi embargo dari PBB
- Amerika semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah
- Perpecahan di negara Arab
- Adanya sikap anti USA 

Dinamika Perang Dingin

Sebetulnya, selama PD II, Uni Soviet dan AS merupakan sekutu dalam bertempur melawan ekspansi Jerman di bawah Adolf Hitler serta rezim Nazi-nya. Meskipun demikian, tak lama setelah PD II usai, keduanya terlibat dalam persaingan dan konflik kepentingan. Pada 5 Agustus 1946, misalnya, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill memperingatkan Harry S Truman, Presiden AS, bahwa Uni Soviet dan sekutunya telah membangun "tirai besi" di sepanjang perbatasan Eropa Barat dengan Eropa Timur sebagai jaminan kontrol Moskwa atas teritorial di belakang "tirai" tersebut. Di sisi lain, Uni Soviet juga mencurigai perilaku AS yang makin tampak ingin menggantikan posisi Inggris sebagai kekuatan kapitalis internasional.
Sementara itu, kondisi Eropa sendiri pasca-PD II sungguh amat memprihatinkan. Akibat perang tersebut, sekitar 15 juta personel militer dan 35 juta warga sipil tewas, dan lebih banyak lagi yang terluka. PD II juga mengakibatkan hancurnya sebagian besar infrastruktur dan kehidupan ekonomi benua tersebut. Inggris saja, misalnya, harus menanggung utang sebesar 20 triliun dollar AS. Akan berat bagi Eropa untuk bisa segera bangkit kembali jika harus mengandalkan kekuatan sendiri.
Melalui European Recovery Program, atau yang lebih dikenal dengan Marshall Plan (1947), AS berusaha membantu membangun kembali ekonomi Eropa. Bantuan itu sekaligus dimaksudkan untuk melancarkan politik luar negeri AS dalam menerapkan apa yang disebut sebagai "kebijakan pembendungan" (containment policy). Upaya pembendungan itu semakin berciri formal ketika pada tahun 1949 dibentuk pakta persekutuan militer antara AS dan negara-negara Eropa Barat dalam wadah NATO. Sementara itu, sebagai upaya mengimbangi NATO, pada 1955 Moskwa memprakarsai terbentuknya Pakta Warsawa sebagai pertahanan militer dari blok komunis.
Ketegangan antara blok kapitalis dan blok komunis tidak hanya terbatas di Eropa, melainkan juga meluas ke berbagai wilayah, termasuk Asia Timur. Di wilayah ini, khususnya di China Daratan, pada tahun 1949 pemerintah nasionalis Kuomintang, yang didukung Washington dan dipimpin Chiang Kai-shek, harus "merelakan" kekuasaannya karena diambil alih oleh kelompok komunis pimpinan Mao Zedong. Kemenangan blok komunis ini semakin membuat gemetar AS. AS pun menjadi sadar, komunisme merupakan ancaman bagi pengaruh kepentingan kapitalisnya tidak hanya di Eropa Barat, melainkan juga di Asia, termasuk Indonesia.


Di Indonesia sendiri, AS juga tertarik untuk ikut "membendung" pengaruh komunisme. Hal ini tampak ketika di Indonesia terjadi pemberontakan PRRI dan Permesta. Merasa bahwa Presiden Soekarno dan militer Indonesia telah condong ke kubu komunis, AS secara rahasia membantu pemberontakan tersebut (halaman 213-289). Ternyata pemberontakan itu gagal. Meskipun demikian, AS tetap saja berusaha menanamkan pengaruhnya di Indonesia. Caranya adalah dengan mendukung unsur-unsur militer Angkatan Darat yang antikomunis dan yang diam-diam juga bersikap anti-Soekarno

PENYEBAB PERANG DINGIN
  1. PERBEDAN IDEOLOGI
  2. KEINGINAN UNTUK MENJADI PENGUASA DUNIA
  3.  PEREBUTAN PENARUH DI BIDANG EKONOMI, MILITER
  4.  PENGARUH PAKTA PERTAHANAN
  5. PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RUANG ANGKASA
PENGARUH BIDANG EKONOMI 
  • MARSHALL PLANTà BANTUAN EKONOMI DAN MILITER AS KEPADA NEGARA EROPA UNTUK MEMBANGUN KEMBALI EROPA YANG RUSAK AKIBAT PD II
  • TRUMAN DOCTRINE à BANTUAN EKONOMI DAN MILITER AS KEPADA YUNANI DAN TURKI YANG RUSAK AKIBAT PD II
  • THE POINTS FOUR PROGRAM FOR THE ECONOMIC DEVOLOMENT IN ASIA (BANTUAN EKONOMI MILITER BAGI KEGARA-NEGARA TERBELAKANG SEPERTI ASIA )à MELALUI IKATAN MSA DARI PRESIDEN TRUMAN.
  • MULOTOV PLANTà BANTUAN EKONOMI DAN MILITER BAGI NEGARA-NEGARA EROPA TIMUR